Thursday 12 March 2015

sEbuAh ProSa

Saat ini pelana kehidupan telah kutarik, hingga berjalan. Meninggalkan dirimu yang menangis di tepi beranda beratap seadanya. Hujan yang turun, membasahi, menggigil dirimu hanya bisa kutatap dengan beban ribuan penderitaan. Akh, tampaknya kehangatan abadi adalah dalam hati kita yang menyatu dan terikat tali kenangan.

Sayang, pabila dikau hadir di ceritera ini, bahwa namaku yang terpuruk di sudut benak, di garis bibirmu yang terus meratap di depan nurani. Demi cinta dan cerita kita terpisah. Demi kasih dan sayang kita hilang bersua. Demi kita, demi kita, anggap denting dawai dan kayu ukir adalah kita mendendangkan lagu indah, lagu cinta.

Garis awal sebuah prosa adalah perasaan, bagai berjalan di hutan kesangsian, kutatap dan meninggalkan bayangan. Berharap ini mimpi di atas realita, karena tak ingin terpisah. Aku tak ingin berpisah, tolong bangunkan aku, dalam mimpi nyata ini.
Terlihat sabana kering di atas sana, kadang ku tulis menjadi sebuah gubahan, tiada ku tahu dengan segenap ke relatifannya. Terkadang membuat dusta, tapi indah.

Duhai ceritaku, di tepi jurang pembuat indah cerita, bagai seorang penyair jatuh cinta. Adakah dikau bawa aku seperti itu? Hati kosong, ego kosong dan rasa pedih tak terasa. Dimanakah kenyataan? Akh, mungkin dikau tersandar di peraduan dalam hidup setengah sadar, di bawah rembulan yang acuh menatap, mentari yang menerjang. Aku tahu, kala dikau bersenandung tentang neraka kecil hidupku. Untuk itu, saat ini tak butuh ceritamu.

Wahai nuansa jiwa dalam kekalutan
Datanglah pada nuranimu yang terlepas
Dapatkan dirinya di sana
Dalam kencana kasih sayang
Dipagari tali cinta

Unknown

&

.

Post a Comment

 
Blog nenk" Reni ©created by Hendri Zakaria